Wednesday, January 21, 2015

Seteangah Matang

Liburan menjadi satu-satunya waktu dimana aku dapat mengobrol dengan adikku. Aku selalu senang mendengar cerita-cerita ceritanya. Tertawa melihat kebiasaan dan tabiatnya. Terkesima akan pertumbuhan pola pikirnya. Adikku semakin matang. Dahulu aku kerap khawatir goncangan keluarga akan membuatnya menjadi sedih atau terluka. Tetapi adikku kuat, sangat kuat. Entah karena buku-buku fiksi yang selalu ada di depan batang hidungnya. Atau karena web & youtube yang sering dibukanya. Atau bisa jadi impact dari kartun Adventure Time favoritnya.

Menghabiskan makan siang bersamanya sepulang ia sekolah atau les menjadi agenda liburan favoritku. Aku melihat pola pikirnya semakin dewasa. Perilaku atau sifatnya mungkin belum banyak berubah. Akan tetapi beberapa perubahan muncul seiring semakin dewasanya pemikiranya. Adikku, Aldine, merupakan contoh bahwa usia bukan alat ukur kedewasaan. Bahwa pada dasarnya setiap manusia itu sama sama tumbuh. Baik tua maupun muda. Aldine tumbuh. Aku tumbuh. Bahkan papa dan mama pun tumbuh setiap harinya.


Memahami orang lain bukan hal mudah. Menerima orang lain bukan sesuatu yang isntant. Tersinggung, sakit hati, kecewa, itu mungkin beberapa yang akan terasa di hati saat berusaha memahami dan menerima. Akan tetapi lebih bijaksana dengan melawan rasa itu dan menuju kedewasaan yaitu pemahaman bahwa ada hal-hal diluar kontrol kita. Contohnya seperti kondisi, sifat, perilaku dan pola pikir orang lain. Mengeluh, menggerutu, marah, menangisi diri sendiri rasanya lebih mudah dilakukan. Tetapi ikhlas menerima dan memahami orang lain jauh jauh lebih hebat. Menerima dan memahami orang lain itu hebat. Itu matang. Mari berusaha mematangkan diri ini!



No comments:

Post a Comment