Thursday, September 24, 2015

New Normal

Why you do the work that you don't want to do?

Pertanyaan tersebut menggantung di nefron otak berhari hari lalu. Sebenarnya sudah lama saya merasa dalam masa pencarian dan menemukan hal-hal yang saya senang lakukan dan hal-hal yang tidak senang saya lakukan. Dalam kepala muncul berbagai kutub ekstrim: apakah saya harus berhenti melakukan yang saya lakukan ini? mengapa saya bisa memilih ini? atau mengapa saya tidak melakukanya lebih awal? Saya berbagi keluh ini dengan beberapa sahabat dan tentu saja ibu saya. Sebelumnya saat saya merenunginya sendiri terasa semakin runyam. Namun setelah berbagi kisah dengan orang-orang tersebut terlebih yang lebih senior, ternyata itu memang menjadi fase dalam hidup.

Memang hampir semua orang melewati fase pencarian, tetapi apakah semua orang mengejar apa yang ingin mereka lakukan? Jawabanya tergantung diri masing-masing. Ada banyak hal yang diluar kontrol kita contohnya resesi dunia, naik turunya harga saham, atau kapan radang datang menyerang tenggorokan. Tetapi banyak hal yang masih bisa kita kontrol, seperti memilih ingin melakukan apa dalam hidupnya. 

Beberapa hal saya dulu lakukan karena saya merasa harus melakukanya. Definisi harus tersebut yang harus ditinjau ulang. Apakah harus ini muncul akibat akumulasi dari persuasi orang-orang? Ataukah harus ini dari diri sendiri a.k.a keinginan diri untuk menuangkan diri sepenuhnya disitu. Akan tetapi seluruh pengalaman itu penting. Pengalaman-pengalaman memberikan kesempatan bagi diri untuk mencicipi hal-hal baik yang disuka maupun tidak. Pengalaman memberikan kesempatan untuk menjadi self-expert dan untuk tau unique strength kita. 

Selain hal-hal yang dilakukan, hal-hal yang tadinya tidak dilakukan akibat diri sendiri (telling ourselves can't do it or listening other ppl said can't do it) dan kini dilakukan seperti accomplishment. You don't have to be fastest marathon runner just your own impossibilities to accomplish. 

Selain mastering ourselves and experience, terakhir adalah surround yourself with ppl that you want to be. Saya baru benar-benar memahami kalimat tersebut. Saya pernah dalam fase merasa sangat dikecewakan dengan hidup dan seorang sahabat berkata : detached. Dan dengan begitu saya bisa lebih bisa lapang dada dalam menerima yang telah terjadi. Namun bukan hanya lingkungan, peran diri sendiri untuk belajar memfilter dari lingkungan juga sangat penting. Saya ingat saat menentukan antara masuk sekolah negeri atau swasta ibu saya berkata bahwa saya harus melihat realita dunia. Saya harus melihat dua sisi mata koin. Saya harus melihat yang rajin dan yang bebal. Saya harus melihat ada orang yang berkecukupan dan ada yang harus susah payah untuk makan. Terakhir teman-teman serta tempat saya pernah menuangkan diri saya didalamnya membuat saya belajar tentang diri saya dan membentuk diri saya seperti sekarang. 

Making the new normal to yourself isn't an easy part. But it worth it because just like Warren Buffet said "taking jobs to build up your resume is like saving up sex for old ages". Tulisan ini terinspirasi dari TED Talks by Scott Dinsmore. Adding up to his amazing speech is you need a plan. You need a plan to keep your vision and know when you off-track.

PS Scott Dinsmore had passed away when climbing Kilimanjaro. He proves that until the last time he lived every single moment of his life for himself.