Monday, December 28, 2015

Mengapa?



“Apa nikmatnya tersiksa membawa carrier di pundak? Dimana kamu dapat berbaring di rumah. Mengapa harus kesulitan bernapas saat menanjak? Disaat ac di rumah cukup dingin dan segar. Mengapa harus menggigil kedinginan? Dimana kasur empuk dan bed cover hangat ada di kamar”

“Karena disana aku belajar menyentuh bangunan yang bukan beton, menghirup bukan udara steril dari freon, mendengar suara dan tawa bukan emoji, terkesima bukan oleh layar tetapi apa yang terlukis di langit dan tumbuh di bumi, karena disana aku bisa mengenal hati dan luka, mengenal ego dan rela. Aku belajar menikmati yang biasa dan bersyukur atas yang biasa kepada-Nya”

“Ngutip dari pujangga mana tuh?”

“Sudahlah, mungkin memang kau tak akan paham".


Saturday, December 26, 2015

Vulnerable


Behind the first step entering the hall
Behind the shuttering "I love you"
Behind the first word in a speech
Behind the exhale after listening to doctor's judgement
Behind the tears of losing
Behind the fear, worry, and shame

Embrace it
You're imperfect, and you're wired for struggle, but you're worthy of love and belonging.

Thursday, September 24, 2015

New Normal

Why you do the work that you don't want to do?

Pertanyaan tersebut menggantung di nefron otak berhari hari lalu. Sebenarnya sudah lama saya merasa dalam masa pencarian dan menemukan hal-hal yang saya senang lakukan dan hal-hal yang tidak senang saya lakukan. Dalam kepala muncul berbagai kutub ekstrim: apakah saya harus berhenti melakukan yang saya lakukan ini? mengapa saya bisa memilih ini? atau mengapa saya tidak melakukanya lebih awal? Saya berbagi keluh ini dengan beberapa sahabat dan tentu saja ibu saya. Sebelumnya saat saya merenunginya sendiri terasa semakin runyam. Namun setelah berbagi kisah dengan orang-orang tersebut terlebih yang lebih senior, ternyata itu memang menjadi fase dalam hidup.

Memang hampir semua orang melewati fase pencarian, tetapi apakah semua orang mengejar apa yang ingin mereka lakukan? Jawabanya tergantung diri masing-masing. Ada banyak hal yang diluar kontrol kita contohnya resesi dunia, naik turunya harga saham, atau kapan radang datang menyerang tenggorokan. Tetapi banyak hal yang masih bisa kita kontrol, seperti memilih ingin melakukan apa dalam hidupnya. 

Beberapa hal saya dulu lakukan karena saya merasa harus melakukanya. Definisi harus tersebut yang harus ditinjau ulang. Apakah harus ini muncul akibat akumulasi dari persuasi orang-orang? Ataukah harus ini dari diri sendiri a.k.a keinginan diri untuk menuangkan diri sepenuhnya disitu. Akan tetapi seluruh pengalaman itu penting. Pengalaman-pengalaman memberikan kesempatan bagi diri untuk mencicipi hal-hal baik yang disuka maupun tidak. Pengalaman memberikan kesempatan untuk menjadi self-expert dan untuk tau unique strength kita. 

Selain hal-hal yang dilakukan, hal-hal yang tadinya tidak dilakukan akibat diri sendiri (telling ourselves can't do it or listening other ppl said can't do it) dan kini dilakukan seperti accomplishment. You don't have to be fastest marathon runner just your own impossibilities to accomplish. 

Selain mastering ourselves and experience, terakhir adalah surround yourself with ppl that you want to be. Saya baru benar-benar memahami kalimat tersebut. Saya pernah dalam fase merasa sangat dikecewakan dengan hidup dan seorang sahabat berkata : detached. Dan dengan begitu saya bisa lebih bisa lapang dada dalam menerima yang telah terjadi. Namun bukan hanya lingkungan, peran diri sendiri untuk belajar memfilter dari lingkungan juga sangat penting. Saya ingat saat menentukan antara masuk sekolah negeri atau swasta ibu saya berkata bahwa saya harus melihat realita dunia. Saya harus melihat dua sisi mata koin. Saya harus melihat yang rajin dan yang bebal. Saya harus melihat ada orang yang berkecukupan dan ada yang harus susah payah untuk makan. Terakhir teman-teman serta tempat saya pernah menuangkan diri saya didalamnya membuat saya belajar tentang diri saya dan membentuk diri saya seperti sekarang. 

Making the new normal to yourself isn't an easy part. But it worth it because just like Warren Buffet said "taking jobs to build up your resume is like saving up sex for old ages". Tulisan ini terinspirasi dari TED Talks by Scott Dinsmore. Adding up to his amazing speech is you need a plan. You need a plan to keep your vision and know when you off-track.

PS Scott Dinsmore had passed away when climbing Kilimanjaro. He proves that until the last time he lived every single moment of his life for himself.

Tuesday, August 18, 2015

Ubud.


Biru dengan semburat putih berhias sisa sisa gemerlap galungan dan kuningan
Aroma dupa dan canang melekat pada molekul oksigen
Merasuk pada paru-paru, hati yang terasa penuh namun ringan
Pada embun mengalun diatas daun
Pada biru langit dan dingin pagi menggigit
Pada jingga senja
Pada kuning dan merah muda kamboja
Pada kerharmonisan Tri Hita Karana
Pada bangunan dengan prinsip palemahan
Pada kamis romantis
Luka hati terkiskis
Lahir kenangan manis.

Monday, August 3, 2015

Usia, Memori, dan Kenangan



Hari ini Aldine genap berusia 15 tahun. Siang ini di  di kantor ada birthday lunch salah satu senior yang bertambah usia. Namun di hari ini pula aku mendengar kabar duka dari seorang sahabat.

Memori membawaku ke suatu pagi dimana aku melihat buku terbaru Harry Potter diatas meja belajar. Memori membawaku ke suatu hari di sekolah penuh dengan teman, hadiah, dan kebahagiaan. Memori juga membawaku ke suatu pagi bersama sahabat-sahabat hati yang berusaha memberi kejutan.

Namun memori juga membawaku ke kenangan lain..

Aku teringat masa masa dimana aku menemani nenekku di rumah sakit seusai sekolah. Masa-masa dimana aku mengelap kulitnya yang berkerut dimakan usia. Masa-masa dimana aku ingat tangan itu yang mengajariku membedakan bumbu-bumbu dapur, membersihkan rumah, tangan yang mengayomi ibu, bayi, dan lansia di sekitar rumah kami.

Aku teringat masa masa dimana aku menyuapi kakekku di rumah. Kurus, kering, keriput. Pernah ada masa dimana badan itu pernah tinggi tegap mengantarku ke sekolah, setia dengan vespanya. Mengajariku naik sepeda. Mengajariku bermain biola. Mengajariku bahasa jawa. Menyembuhkan luka kaki hingga luka hati.

Sejauh memori bisa membawaku, banyak kenangan kenangan yang muncul. Kenangan indah, juga kenangan pahit dan menyakitkan. Semua melebur jadi suatu paket usia yang tuhan berikan. 

Bertambah usia, bertambah pula memori dan kenangan. Hingga akhirnya habislah paket usia yang tuhan berikan. Perpisahan pasti ada namun kenangan tetap ada. Memori hadir membawa kenangan tersebut agar terjalin doa kepada yang disana. Seperti doa bertambahnya usia agar ditambah hal-hal baik. Doa bagi yang dipisahkan oleh usia juga berharap agar disana mendapat tempat dan kehidupan yang baik.


Selamat ulang tahun dan selamat jalan.

Friday, July 17, 2015

Doa.


Kata orang cara mencintai paling indah adalah dengan mendoakan. Selama ini saya pikir itu sedikit menyedihkan. Seperti memberi tanpa meminta apresiasi. Seperti anonim cengeng surat kaleng. Entah rendah hati atau rendah diri. 
Tetapi hari ini saya akui saya salah. Mendoakan bukan saja cara mencintai paling indah, tetapi juga paling mudah, universal, bebas, you name it. Doa tidak dibatasi waktu dan ruang serta dimensi. Tidak peduli jenis kelamin, agama, usia, dan norma. Bayangkan seorang ayah yang tidak dapat lagi bicara karena stroke masih dapat mendoakan anaknya. Sesama jenis dapat saling mendoakan tanpa perlu ribut apa kata orang. Seorang anak yang kehilangan ibunya masih bisa mendoakanya. Seorang bisu tetap bisa berkata-kata. Seorang yang beragama hindu dapat mendoakan orang-orang di Gaza. Seseorang dalam diam menyimpan rasa, masih bisa mencinta.

Satu, Mungkin, dan Spesial.


Kenapa ramadhan cuma setahun sekali? Saya bukan ahli agama. Ibadah saya juga belum sepenuhnya benar. Postingan ini cuma pemikiran yang melintas saja di hari pertama bulan syawal.

Lebaran kali ini saya rayakan dengan cara yang berbeda. Kebetulan kelaurga saya dapat voucher menginap di hotel di depan Masjid Al Musyawarah, Kelapa Gading. Saya melihat perbedaan kontras pada saat tarawih terakhir dan malam satu syawal ini. Malam ini masjid sepi sekali. Parkiranya terlihat sepi dari atas. Bahkan lampu diujung kubah masjid yang dinyalakan pada dua malam sebelumnya (sepengamatan saya), malam ini mati. Ramadhan usai, sepinya masjid dimulai.

Saya manusia biasa. Awal ramadhan dan akhir ramadhan adalah saat-saat dimana saya lebih rajin beribadah.Seperti hubungan (tsah), seperti halnya lautan dan iman. Ada pasang surutnya. Seperti hadirnya ramadhan dan syawal. Akan tetapi dalam satu tahun bukan hanya ramadhan dan syawal saja ada 12 bulan lainya. Mengapa hanya satu kali?

Mungkin alasanya adalah setidaknya untuk sekali (satu bulan) masijd-masijd ramai terutama pada malam hari.
Mungkin setidaknya untuk sekali (atau beberapa kali) orang-orang yang biasa makan enak harus merasakan perihnya rasa lapar.
Mungkin setidaknya untuk sekali orang akan menjadi berpikir dua kali saat akan mengumpat, marah, atau meluapkan emosi.
Mungkin setidaknya untuk sekali orang akan lebih mudah memberi.
Mungkin setidaknya dalam setahun berjalan, ia pernah menjadi orang yang lebih baik bagi dirinya dan diri orang lain.

Itu belum menjawab "kenapa hanya sekali?" Bukankah bisa saja Allah membuat setahun penuh menjadi ramadhan? Jika ramadhan dibuat tidak sekali pasti ada pasang surutnya. Tidak spesial. Mungkin Allah merancang sedemikian hingga satu ramadhan akan cukup spesial bagi masing-masing orang. Spesial untuk memulai kebiasaan baru. Spesial untuk detox atau diet. Spesial untuk menyatukan keluarga. Spesial untuk mengenang yang sudah tidak bersama seperti ramadhan sebelumnya. Atau mungkin spesial karena menjadi kesempatan untuk melakukan kebaikan lebih banyak dibanding 365 hari lainya.

Selamat Hari Raya Idul Fitri! Tidak peduli sebanyak apapun dosa dalam satu tahun, hanya butuh satu hari kemenangan untuk menebusnya. Spesial!

Friday, June 26, 2015

Patio


She sat down at her patio. Smell her morning brew. Sip a bit warm caffeine. A kick start to start the day. Sun already up in Boston. Sound of the car passing by humming from the outside. 

She had dim memories what happen in Providence. Time flies fast. Coming back to Providence always bring a memory about her childhood. Disappointment, the feeling for taking for granted, unloved, is the worst when it comes from the first priority. She remembered about time when she crying so hard. She would stuff a pillow into her mouth, to be unheard. 

For years she tried to help herself. To put what she felt into words. That feeling would ebb, but never fully go away. It would form part of her landscape.

The warm of the cup in her hand already gone. She taught herself that people are unique. They're neither what she thought nor her expectation. Some people changed just like the cup loose the heat. Some people stay being who they are, no matter how hard you try to fix them. 

She came back to the kitchen, put the cup in the sink. Then came back to her patio. Standing on her toes, spraying the plants above her head. Even in her tiny patio there are many plants that she watered every day. But each of them growing in different pace, different time for blossom. 


We can’t measure blessing. Because each of us have our own blessing, be patience when have nothing. 

Friday, June 19, 2015

Peluh membawa Jenuh


Tidak dapat terlambat, langkahnya cepat-cepat menuruni jembatan
Tidak dapat tali pengaman, bergantung pada himpitan manusia dalam suatu kubik
Tidak dapat terlihat sepatunya di balik garis aman stasiun kereta
Jalanan. Layar. Jalanan. 
Rindu akan langkah perlahan tapi pasti, tapak penuh cerita, tawa, udara asri
Rindu akan aman uluran tangan teman
Rindu akan sol tebal melewati bebatuan bergemericik air atau rumput kering sabana
Hutan. Belukar. Hutan.
Tidak semua peluh membawa jenuh
Tidak semua keluh berarti rapuh
Rindu perjalanan yang membuat hati utuh

Tuesday, June 16, 2015

Iced Latte

Hot, Cold, Double Espresso, Latte, or Frappe
People have for their own taste
Some just like the smell of it
Some just can’t take it
Taste, Preferences
Like it or not is your business
Not theirs
So if they’ve done something that pissed you off
Maybe is not about the wrong and who’s better off
Maybe its a sign that you just not get enough
Maybe you just have to chill off

Sunday, June 14, 2015

Vaginomics

(Puisi ini di buat terinspirasi dari pembuatan Paper Akhir Mata Kuliah Ekonomi Politik)

Bergelora seperti mawar yang terlukis pada dress yang dipakai
Merah Merekah
Menuntut bak potongan kain yang melilit badan
Rapuh tapi Ingin kuat
Seperti hak stilleto yang kecil menunjang luas penampang diatasnya.
Berteriak menuntut haknya.
Mulut kami juga berhak disuapi makanan.
Tetapi dibalik alasan perut, ternyata bertahan karena dikecewakan.
Hati yang Rapuh
Tetapi dibalik alasan perut, ternyata bertahan karena rantai uang melilit banyak pihak. 
Tetapi dibalik alasan perut, ternyata bertahan karena kepentingan segelintir orang berjas yang bermulut manis
Ah, Politik.

Saturday, June 13, 2015

Luar Dalam


Jalinanya Rapi
Jelujurnya Tepat
Padananya Pas
Kacamata Manusia
Yang Tampak
Lebih Indah
Sayang sayang
Perhatikan Dalamnya
Dekat Kulit
Rasakan Rasakan
Lembut kah?
Kasar kah?
Nyaman kah?
Bukan Jalinan
Bukan Jelujur
Bukan Padanan
Itu Penting
Tapi Rasa
Juga Penting

Friday, June 12, 2015

Bertahan Disana


Seperti dalam labirin, kehilangan arah.
Setiap persimpangan tak tentu ujungnya.
Setiap keputusan tak jelas muaranya.
Bukan benar salah, ada mungkin, bisa jadi, memutar dan berbagai kombinasi probabilitas lainya.
Ingin rasanya melihatnya dari kacamata mata langit.
Memilih jalan yang benar lalu keluar.
Lalu Keluar...
Lalu Apa?
Rasanya pasti tidak sepuas peluh yang mengitari persimpangan yang sama berulang
Rasanya pasti tidak sepuas geram yang hadir di persimpangan yang sulit
Rasanya pasti tidak sepuas rasa hidup dan bersahabat dalam diri yang hadir di setiap ujung keputusan
Rasanya pasti tidak se indah doa yang terbersit dan terlukis perlahan.
Rasanya aku tahu jawabanya.

Friday, May 29, 2015

When the World is Too Blind to See

I would like to share this story with anyone who feels that their kindness is invisible to those who take them for granted. First I would like to say, Thank you, for always being kind, even when the world is too blind to see.

This Morning I bumped into story about Prophet Muhammad. Isn't the first time I read about this story. But I just got the message from this story today. 

This is a story that my religion teacher told me. Once upon a time, there was a blind woman, who hated the Prophet Muhammad so much that she said bad things about him. Little did she know that the Prophet Muhammad was the benefactor who routinely brought her food. She was blind, so she couldn't see who that person was.

Kind of strange, isn't it? The woman couldn't see, but somehow she hated and talked badly about the person who was helping her.

Anyway, one day, after Prophet Muhammad passed away, one of his followers brought the food. Somehow, the blind woman sensed that it was not the same person providing him with food. So she asked, who the man was usually brought her food?

Oh that was the Prophet Muhammad, but he passed away.

The blind woman wept, and said that she regretted all of things that she said about the Prophet Muhammad.

Today I really understand the message from this story.

In life, people may unkind to us, No matter what we do it will simply never be enough. All our good deeds are invisible to them. Yet, that is no excuse for giving up and not doing good deeds. 
Some people maybe too blind to see us as we are (people of kindness, worth and value) even those we deeply care about.
However, those who truly love us, will always see how good we are as a person, even the rest of the world is too blind to see.

Sunday, April 12, 2015

Perona Pipi

Semburat merah muda menjalari pori-pori pipinya
Bukan, bukan, ini bukan hasil reaksi kimia yang dapat diulas dengan kuas
Natural
Perlahan semakin merah kentara
Dadanya naik turun mengikuti irama degupnya
Napasnya pendek-pendek
Malu bertemu pemiliki bilik di hati?
Atau akibat perut yang melonjak seiring pop-up deret huruf favorit di kaca lcd?
Oh, rona itu dihiasi bulir-bulir berkilauan dari pelupuk
Oh, sesekali diselingi sesengukan
Rona ini dari nyeri mengikis perasaan
Perih Perona Pipi

Tuesday, March 31, 2015

Nyanyian Borneo

Itu nyanyian paling indah
yang pernah telingaku cicipi
Desah alam yang mengalun
menggelitik koklea, merangsang hati

Nyanyian itu pertanda hari dibuka
Diiringi sorot mentari yang jatuh
menembus kanopi-kanopi hijau
Legam mata orangutan
Bening embun yang menempel
pada barisan fungi
serta sekelibat warna membelah langit di atas

Jangan tanya apa yang terjadi setelah parade semburat jingga
Gemericik sungai masih berisik
Hitam datang, kelam mengukung
Kelambu? Bukan itu kanvas
Tarian kunang-kunang kuning berkilauan
semarak tapi temaram
Bersama menghias lukisan Gugus Bintang
Menemani Bulan yang sendirian
diatas Hutan Hujan

Sunday, March 22, 2015

Merayakan Cinta

Diam menyayat
Setajam belati
Berkilauan bak pualam

Acuh mencambuk
Serabutnya kasar
Membekas perih

Egois mengikis
Merasuk nukleus
Memecah dinding membran

Butuh Waktu
Butuh Tahun
Butuh Air Mata

Diam-mu adalah Cinta
yang tak terkatakan

Acuh-mu adalah Kasih
yang tersembunyi

Ego-mu adalah sayang
yang mungkin susah dibagi

Memaafkan itu mencintai
Menerima itu mengasihi
Terus berusaha mencintai,

Itu cinta tak terperi.


Monday, February 9, 2015

Feed a Soul

Do you mind even a little that you are still addicted to people-pleasing, and are still putting everyone else's needs and laundry and career ahead your creative, spiritual life? Giving all your life force away, to "help" and impress. Well your help is not helpful, and falls short.

It doesn't mean to be selfish, but to feed your soul. Not only feed your brain and body, but soul. Help others is one to feed your soul but you have to do it with heart. Help with whining all the time is not a help, is torture to your soul.

Stop Whining and Remember to Feed your Soul,
Cheers

February Haul

Jarwo the Guitar