Friday, December 8, 2017

Perjalanan Pemahaman Perasaan

Perjalanan pemahaman saya tentang perasaan sampai pada suatu malam yang penuh ketergesaan yang membawa pada mata itu. Sekelibat tetapi terpatri jelas.
Malam semakin larut. Jendela pantry yang terbuka membiarkan asap keluar. Diantara denting lift dan langkah yang tergesa, kembali kutemukan mata itu.
Pagi berikutnya adalah kali pertama perkenalan dengan suaramu. Tidak ada yang spesial, namun ada sesuatu yang membuatnya menarik.

Pada kesempatan-kesempatan selanjutnya pun aku selalu mencari apa yang sudah aku kenal: mata yang hangat dan suara tenteram. Perjalanan membawaku semakin jauh pada senyuman dan tawa ringan yang jarang terlihat pada keseharian. Perjalanan semakin menarik.

Namun perjalanan tidak hanya membawaku pada pengalaman yang menyengangkan dan menghangatkan hati. Hingga akhirnya perjalanan mengantarkanku pada pemahaman berikutnya: bahwa aku lah yang selalu merasa hal-hal tersebut spesial. It didn't mean to be.


Perjalanan meninggalkanku di persimpangan itu dengan pemahaman perasaan untuknya.



Thursday, November 30, 2017

Merasakan Waktu

Hari ini hari jumat. Kebetulan hari ini hari libur.
Sudah 4 hari saya tidak merasakan istirahat siang. Hustle and bustle.
Empat hari berlalu seperti sekejap. Pagi yang tergesa, pulang tengah malam.
Namun kemarin berbeda. Saya pulang tengah malam untuk bertemu dengan teman-teman saya.
Typical sleepover. Shared bed, jokes, joy, laughter, romcom and horror movies, burger for breakfast (!!).

Siang ini saya kembali ke rumah duduk menyeduh kopi susu sembari blogwalking.
Saya menyadari bahwa hanya beberapa jam bersama teman-teman saya tetapi saya menikmati sekali momen-momen tersebut. Menertawakan satu sama lain, menertawakan hal-hal yang hanya lucu bersama mereka. Tertawa hingga perut melilit.

Saya teringat dua minggu lalu saat saya pergi ke Bandung bersama teman-teman saya yang lain. Teman-teman yang berbeda namun saya menikmati setiap momen yang terasa damai.

Minggu lalu saya menyempatkan datang pada suatu pameran bersama teman-teman saya yang lain (lagi). Mengobrol hingga lupa tujuan datang adalah melihat suatu pameran. But we were stumble on a good guide. Dia menjelaskan setiap artwork. Hari yang bermakna.

Tawa, perasaan damai, dan makna. Saya belajar untuk kembali merasakan waktu.
Melalui teman. Melalui tempat. Melalui waktu itu sendiri.

IW: Oh ini yang main di up juga kan yah? (while watching the intern)

Monday, October 23, 2017

Bagaimana Seninmu?

Senin temanku adalah hari dimana dia berjibaku berdesakan di angkutan kota pada pagi buta yang mana tak pernah ia lakukan pada hari sebelumnya dan hari sebelumnya.
Seninnya adalah hari dimana dia gugup meski kemeja necis dan rambut klimis yang hanya bertahan tidak sampai jam makan siang habis.

Senin temanku yang lain lagi adalah hari dimana dia kecewa akan dirinya sendiri.
Seninnya adalah hari ia dimakan ego perfeksionis yang menggemakan sesuatu yang kecil.
Seninnya adalah hari dimana dia lupa bahwa sesuatu yang kecil biarlah tetap kecil.

lain lagi dengan temanku yang lain

Senin temanku adalah hari dimana dia bahagia karena sebuah pesan singkat yang diterjemahkan menjadi sebuah roman berseri.
Seninnya adalah hari dimana matanya berbinar meski tumpukan pekerjaan belum kelar.

Seninku? Ah sudahlah, bagaimana jika kita membahas seninmu?

Wednesday, May 10, 2017

Gemerlap Mayoritas

Akhir-akhir ini terasa besarnya gelombang ke-aku-an dan/atau ke-kamu-an dan/atau ke-kami-an.
Jarang Saya mendengar tentang kita.
Ke-aku-an yang angkuh, mendongak, berlenggak-lenggok berlindung di bawah payung mayoritas.
Ke-kamu-an yang menuding, dengan hati dan pikiran yang ukurannya sangat sempit hingga kurang napas juga keras layaknya karas.
Ke-kami-an yang tinggi menjulang menjadi tebing pembatas seolah olah setiap pilihan, setiap bentuk dan rupa hanya ada dua sisi, hanya ada bi-, hanya ada antonim.
Saya ingin mencicipi minoritas. Tapi Saya takut tak sanggup menahan keras.
Dihujani ke-aku-an.
Dibombardir ke-kamu-an.
Ditelanjangi oleh ke-kami-an.
Merayakan dalam kesunyian. Merayakan dalam ketidakpedulian atau malah cibiran. Berucap berujung bekap.
Ah mayoritas, jika dunia bi- itu terbalik untuk satu hari saja....apakah gemerlap itu akan masih ada?

Thursday, June 30, 2016

It has an end.


Here is the thing, we all facing the end.

I've seen enough old and lonely soul, being hurt and full of regret.
I remember exactly the betrayed heart, a smile of strength, warm heart even tortured again and again
Until the last, all I remember are bigger love, loyalty, and strength. 
I remember exactly the anger, the cruel word, those heart-breaking cold night.
Now turn into helpless Sometimes crying over his past. Or maybe he is frustrated with his current condition.

Hurting, Being hurt.
Betray. Betrayed.
Lies. More lies.
Ego. Bigger Ego.
Anger. Louder anger.

At the end isn't about which side better. Isn't about blame the other side.
It's about accepting the ugly truth that everyone has their ego.
At the end, it's how you handle it that matters.
At the end, it's how you getting trough those difficult time that won't betray.

For those who facing hard times, it has an end.

Sunday, May 15, 2016

(ke)Manusia(an) Penting

rindu savana dan buih ombak


Spesies ini bisa ditemukan di antrian kofisyop terdekat
atau dijalan dengan langkah tergesa
atau coba cari nada suara yang meningkat dengan mata berkilat
yang mungkin lupa caranya tersenyum dan memberi terimakasih kepada sesama
yang mungkin tidak tahu beda antara menatap dan melihat
yang memberi rafinasi pada kata-kata untuk menutupi cela

Sobat,
mungkin kau salah mengartikan "Pembeli adalah Raja"
tata krama itu melekat pada ningrat
kepercayaan orang lain itu yang menumbuhkan kuasa
sopan santun itu yang membuahkan rasa hormat
dan yang terpenting, luka tidak mudah terlupa.


Monday, March 28, 2016

Pemerhati Ketidakpedulian

Aku kagum pada masabodoh

Terkesima pada ahsudahlah

Terpesona pada lirikan sekelibat

Terperangah pada hati yang tak bergetar

Masabodoh yang peduli pada orang-orang terlupakan

Ahsudahlah yang membelai stigma

Lirikan sekelibat yang berbalik pada hitungan kedua

Hati yang tak bergetar bukan karena romantisme kasih tapi merasakan getir orang lain